alt/text gambar

Thursday, 17 October 2013

Kasus Suap MK : Ratu Atut Chosiyah

Mendengar nama Ratu Atut di televisi,seorang anak Sekolah Dasar bertanya,”Apakah Ratu Atut memimpin Kesultanan Banten…?” ; Cukup geli juga mendengar pertanyaan anak SD tersebut,mungkin saja dirinya sedang belajar sejarah Indonesia yang memang di era penjajahan dulu beberapa wilayah Indonesia dipimpin oleh raja atau ratu yang memimpin kerajaan/kesultanan. Dengan nama “Ratu” didepan namanya,seorang Atut yang memimpin propinsi Banten memang benar seperti ratu pada umumnya pada era penjajahan dahulu.
Bayangkan saja,dengan kekayaan yang dimiliki secara pribadi dan keluarga berikut saudara-2nya yang spektakuler di Banten berupa aset-aset properti yang tercecer sedemikian rupa,kemudian juga aset-aset properti mahal yang terlihat dimiliki di Bandung,Jakarta dan mungkin juga di luar negeri ; Bukan sekedar aset properti saja,tetapi jabatan-2 yang melekat di sanak famili Ratu Atut di berbagai daerah Kabupaten/Kotamadya di Propinsi Banten,baik di legislatif maupun di eksekutif,dari yang muda belia sampai yang tua dan sakit-sakitan ; Layaklah Ratu Atut disebut “ratu” di Kerajaan Banten,eh…salah Propinsi Banten.
Nama Ratu Atut baru menjadi buah bibir di masyarakat Indonesia,bukan karena keelokan wajahnya bak “Ratu se Jagad” yang kalau diperlombakan pasti didemo oleh FPI ; Tetapi nama Ratu Atut melejit karena diduga terlibat kasus-kasus kejahatan suap ke Ketua MK yang melibatkan adik kandungnya dengan panggilan “Wawan” atau Tubagus Chaeri Wardana. Adik Ratu Atut ini beberapa waktu yang lalu dicokok oleh KPK untuk menjadi tersangka kasus penyuapan ke Ketua MK,Akil Mochtar ; Mungkin saja kasusnya bukan sekedar penyuapan,tetapi akan merembet ke kasus-kasus lain yang sekarang sedang ramai dibuka oleh beberapa LSM anti Korupsi yang sudah lama menyoroti kehidupan pribadi Ratu Atut dan keluarganya.
Ratu Atut juga bagai “ratu” yang memerintah sebuah kerajaan tempo dulu di Indonesia,dimana raja/ratunya hidup bergelimpang harta,tetapi rakyatnya tetap saja menjadi rakyat jelata dengan kehidupan yang miskin dan infrastruktur yang amburadul. Membaca gurita bisnis dan sepak terjang keluarga Ratu Atut di sebuah majalah online,memberikan gambaran betapa kebodohan rakyat Banten dimanfaatkan oleh keluarga ini. Rasa takut terhadap ayahanda Ratu Atut yang dikatakan sebagai seorang jawara di Banten menjadikan keluarga ini masuk ke dunia politik praktis dan menguasai sektor legislatif dan eksekutif serta menguasai kehidupan politik rakyat Banten. Padahal Allah SWT sudah “memberitahu” bahwa diriNya lebih berkuasa dari ayahanda Ratu Atut,yaitu dengan mengambil nyawa ayahanda Ratu Atut,Chasan Sochib,maka itu membuktikan bahwa sang jawara pun bisa mati,jadi apa yang perlu ditakuti oleh masyarakat Banten terhadap keluarga ini…?
Masyarakat miskin dan bodoh memang gampang sekali “ketakutan” dengan cerita-2 kesaktian seorang jawara,yang katanya dibacok atau ditembak pistol tidak bisa mati. Ilmu kanuragan atau ilmu silatnya sangat tangguh,tak ada lawan,dsb….Cara berpikir seperti inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh keturunan Chasan Sochib untuk meraih kekuasaan politis di daerahnya. Ilmu-2 klenik dan santet menjadi kekuatan mereka untuk menakuti masyarakat yang masih bodoh dan kurang imannya. Isu santet pun juga mewarnai ketika adik Ratu Atut ditangkap KPK ; Untung saja Ketua KPK Abraham Samad berani menantang dengan menyatakan “Tidak Takut” disantet,jadi mudah-mudahan kasus korupsi yang melibatkan Ratu Atut dan keluarganya idak berhenti karena semua anggota KPK takut kena santet…!
Cerita kesaktian,magis,kekuasaan absolut memang ciri khas para raja/ratu yang memerintah kerajaan/kesultanan di bumi Nusantara ini. Akibat budaya “kebodohan” seperti itulah,maka masyarakat Indonesia masih saja percaya dengan figur-figur yang mempunyai darah keturunan orang-orang yang dianggap “sakti” dan mumpuni. Mereka masuk ke kekuasaan dengan melalui jalur partai politik di era demokrasi “liberal” ini tanpa disaring oleh parpol yang menjadi kuda tunggang mereka. Parpol juga berkepentingan untuk meraih kursi sebanyak-banyaknya melalui figur-figur orang “top” ini,tanpa membaca sejarah dan kelangsungan hidup parpol selanjutnya. Mungkin saja bagi parpol yang menjadi kuda tunggang mereka disederhanakan cara berpikirnya,yaitu bila sudah tercemar nanti dicopot alias dipecat saja….! Beres,bukan…? Tetapi effek terrhadap kerugian negara,kebodohan politik rakyat tidak lagi dipikirkan,yang terpenting meraih kekuasaan…!
Ratu Atut memang bukan “Ratu” Banten,bisa jadi akhir dari kehidupan politiknya berakhir di balik jeruji dengan kasus-2 korupsi yang menantinya,persis sama dengan pendahulunya yaitu Mantan Gubernur Banten Djoko Munandar yang digantikannya karena terkena kasus korupsi. Tetapi itu mungkin juga mimpinya para aktivis LSM anti Korupsi,sebab siapa tahu Ratu Atut memang “ratu” Banten,sebab dengan begitu banyak kolega,saudara dan para pejabat tinggi negeri ini yang sudah “mencicipi” manisnya “setoran”,sang “ratu” benar-benar dapat lolos dari kasus korupsi…? Sekali lagi,harus diingat bahwa kekuasaan Ratu Atut Chosiyah memang luar biasa…..!
Kekuasaan inilah yang menjadi pintu gerbang para pejabat atau penyelenggara negara korup untuk meraih kekayaan tanpa peduli terhadap rakyat dan bangsa serta negara Indonesia. Kekuasaan tidak lagi dipakai untuk mensejahterakan rakyat dan masyarakat Indonesia,tetapi dipakai untuk kepentingan pribadi dan golongan/kelompoknya sendiri. Pribadi yang demikian bukan saja menghinggapi para penyelenggara negara,tetapi di sektor swasta tidak sedikit seorang pemimpin perusahaan melakukan hal yang sama dengan para pejabat korup dan haus kekuasaan tersebut. Sikap totaliter dan diktator serta berlaku sewenang-wenang sedang menjadi penyakit kepemimpinan di Indonesia. Tak cuman Ratu Atut,tetapi hampir semua pemimpin bangsa ini,baik di sektor pemerintahan maupun swasta perlu belajar apa itu “Kepemimpinan” ….!
Kekuasaan bukan kepemimpinan,untuk meraih kepemimpinan tidak diperlukan kekuasaan,sebab kekuasaan justru akan menghancurkan nilai kepemimpinan,yaitu kejujuran dan belas kasih

0 comments

Post a Comment

DMCA.com